Rabu, 14 Oktober 2015

Kisah Seorang Musisi... (Part 2)

Sambungan postingan sebelumnya....

Yap, postingan yang lalu berakhir pada sebuah pernyataan dan pertanyaan: Dengan bakat yang saya miliki, saya merasa seperti berada dalam sebuah belenggu, tidak bisa bergerak bebas. Seperti terikat, terpenjara, dan seolah-olah tidak pernah bisa keluar. Lalu, bakat itu sebuah Anugerah, ataukah kutukan??

Sebenarnya banyak kisah-kisah serupa dalam film. Saya terinspirasi oleh beberapa kisahnya. Salah satu contoh adalah spiderman. Satu hal yang saya kutip, pernyataan dari uncle Ben terhadap Peter Parker waktu ia mulai lelah dengan semuanya: "Kekuatan besar, juga berarti tanggung jawab besar..." Semakin besar kekuatan yang ia miliki, maka iapun juga memiliki tanggung jawab yang besar. Demikian pula halnya dengan bakat, semakin banyak bakat yang kau miliki, tanggungjawabmu juga akan semakin besar. Artinya, Tuhan telah mempercayakan sesuatu yang besar untukmu. Apakah kau akan menyikapinya dengan penuh tanggung jawab??

Lalu, untuk apa Tuhan mempercayakan sesuatu itu kepada saya?? Untuk pertanyaan ini, saya terinspirasi oleh film yang mengisahkan tentang robot di masa depan. Disitu menceritakan tentang pembuatan robot yang mematuhi 3 hukum, dan pembuatan satu robot yang unik. Satu robot ini diberi kehendak bebas. Dia bisa bebas memilih untuk mematuhi 3 hukum tadi ato tidak. Robot ini juga diberi lapisan besi yang cukup tebal, diberi mimpi, dan pokoknya berbeda dari robot-robot lainnya. Pada akhir cerita, baru terungkap semua kenapa robot tersebut berbeda dari robot lainnya. Mungkin ada sudah pernah melihat filmnya. Aq lupa judulnya. Haha... Yang saya pelajari adalah setiap orang diciptakan unik, untuk tujuan berbeda pula. Demikian halnya dengan bakat, setiap orang pasti memiliki bakat yang berbeda-beda. Dan yakinlah, Sang Pencipta sudah merencanakan sedemikian rupa dan juga pasti menanamkan sebuah tujuan dalam hidup kita masing-masing. Dan juga kita diberi sesuatu yang disebut Free Will. Apakah kita bisa mengelola kehendak bebas ini dengan penuh tanggung jawab??

Pada akhirnya, semua itu kembali ke diri kita masing-masing. Semua itu pilihan. Saat ini, aq bisa saja lari dari tanggungjawab. Istilah Jawanya mokong, ga mau maen lagi. Tapi sampai kapan aq teruz berlari?? Sampai kapan bakat tersebut akan q pendam? Jika sudah tiba waktunya untuk mempertanggungjawabkan semua hal dalam hidup kita nanti, apakah yang harus q katakan pada Sang Pengadil?? So, marilah kita kembangkan bakat kita, jangan dipendam dan jangan berhenti berkarya. Karena membunuh bakatmu, itulah satu-satunya kutukanmu...