Selasa, 18 Desember 2012

Sepenggal Kisah Kuliah... (Part 2)

Sambungan posting sebelumnya...

Pada postingan sebelumnya, saya menceritakan tentang bagaimana setahun terakhir masa2 studi saya di kampuz tercinta... Dan ditutup dengan sebuah pertanyaan flashback.
KENAPA SAYA KULIAH DI GIZI??? Kenapa saya sekarang menyandang gelar S.Gz?? Padahal sewaktu sekolah dulu ga pernah ada bayangan bwat masuk sana. Ga pernah kepikiran jadi Ahli Gizi. Denger kalo ada jurusan S1 Gizi Kesehatan di Brawijaya pun ga pernah. Palagi ngliat jurusan itu... Yah, tapi itulah yang disediakan Tuhan..

Klo boleh saya cerita, sebenarnya ga ada niatan sama sekali kuliah di situ. Aq dlu pernah daftar poltek lewat jalur PSB, tapi ga diterima. Teman saya yang diterima. Sungguh menyebalkan coz pada akhirnya ga diambil ma dia. Mbok kasihno saya az. Dari situ tok wez frustasi (maklum, masih labil). Truz juga sebenernya saya mempersiapkan diri saya untuk masuk STAN. Belajar n sembayang tiap hari biar bisa masuk sana. Pelajaran IPA ga tak sentuh blaz sehabis UN. Ikut SNMPTN pun ga niat. Disaat yang laen pada bingung cari les, aku malah asik ongkang2 kaki di rumah, ato maen2. Ga pernah ikut les selain di sekolah dlu pas sebelum UN, belajar juga baru H-2 sebelum SNMPTN. Milih jurusan juga asal2an. Baru tau klo ada jurusan Gizi itu ya pas saya beli formulir SNMPTN itu. Haha... Gila... Maksud saya cmn sementara saja sambil nunggu STAN. Ternyata diterima di gizi. Ga habiz pikir. Ya wez lah, dijalanin az...

Begitu masuk kuliah disitu, kagetnya setengah mati. Sistem kuliahnya gila.. Menyiksa... Berbeda sekali dengan karakteristik saya. Bagi yang pernah sekolah di daerah pedesaan, pasti tau kan rasanya sekolah di desa?? Nyantai, contekan ga masalah, malah suruh nyontek biar lulus, kerja tugas asal-asalan, guru ga masuk malah seneng, akses dan fasilitas terbatas, persentasi satu tahun sekali, buat makalah juga jarang, dikelas maen kartu, maen catur, baca komik, anak2nya juga kayak gt, mendukung banget klo diajak nakal.. Haha... Dan sebagainya (ga semua sekolah desa kayak gini se, tapi sekolah kota juga ada yang kayak gini. Haha...). Boleh berbangga sedikit, saya termasuk orang yang diperhitungkan waktu sekolah dulu. Ho9... Habiz ngalami kondisi yang kayak gitu, truz saya kuliah diperkotaan. Di salah satu Universitas unggulan. Wohh... Bedanya 180 derajat bokk... Saya seperti seekor ikan yang sempat berjaya di hulu sungai, namun langsung ditelan habiz oleh hiu2 raksasa saat mencoba mengarungi kerasnya samudra raya.. Ya sudahlah, pikirq cmn sementara saja. Mungkin sekitar 1 bln sebelum saya pergi ke jakarta (optimis masuk STAN).

Sampai tiba waktu pengumuman STAN. Eh, lha koq ga diterima di STAN. Tak cari2 namaq ga ada dipengumumannya. Malah nemu namanya temenq satu gereja. Waduh rasanya, ga bisa dicritain wez. Tak kuasa hatiku menahan kesedihan. Palagi pas hari minggu dateng ke gereja, ngliat tmnq yang keterima itu berdiri di depan jadi singer (semacam imam), tumpah sudah air mataku saat itu juga. Ya wez, beginilah jadinya... Terdampar.... Tersiksa rasanya...

Waktu sekolah dulu, saya suka matematika. Pelajaran yang paling saya benci adalah menghapal, dan satu2nya pelajaran yang banyak menghapal di jurusan IPA adalah biologi. Celaka sudah coz di gizi ini banyak materi biologinya semacam anfis, biokim, patofis, dan sejenisnya. Banyak menghapal. Emang ada hitungannya, tapi menurut saya hitungannya adalah hitungan yang membosankan, tidak menantang (sombong dhikit. Hehe...). Belum lagi pratikumnya. Temen2q yang laen pada keren2 untuk ukuran cow. Bawaannya obeng, tang, kunci, palu, ada yang bawa senjata jga. Lhah aq bwa erus, sutil, serok, helmnya panci, dandang, tameng wajan, senjatanya sendok, garpu. Huft.... Tapi ya sudah lah..

Kulewati tahun-tahunq di sana dan tak terasa 4 tahun sudah berlalu.
Setelah lulus ini saya baru mengerti semuanya. Semua pertanyaan2 saya yang di atas tadi terjawab sudah..
Ada banyak jawaban yang saya temukan. Namun aq pengen fokus ke beberapa hal.
Untuk pertanyaan KENAPA SAYA, sebenarnya itu adalah pertanyaan bodoh. Sudah jelas sekali jawabannya. Semua org punya porsinya masing2. Dan aq yakin semua yang terjadi dalam hidup saya, itu juga sudah sesuai dengan porsi saya. Kalopun terlihat sungguh berat, aq harusnya patut berbangga. Kenapa?? Ibarat seorg anak sekolah, makin tinggi sekolahnya makin berat bukan?? Ato ibarat sebuah pohon, semakin tinggi pohon tersebut, terpaan anginnya juga akan semakin kencang bukan?? Itu satu...

Saya merasa tersiksa selama kuliah, itu juga hal bodoh.. Saya tersiksa bukan karena sistem perkuliahan yang kayak gt.. Ato tersiksa karena penempatan yang tidak sesuai.. Ato jga bukan karena dengan siapa saya berada, apa yang saya hadapi, tapi saya tersiksa karena saya tidak bisa BERSYUKUR... Banyak mengeluh, protes, mempertanyakan kedaulatan Tuhan dalam hidup saya. Tidak bisa legowo bahasa jawanya, menerima segala sesuatu dengan ikhas. Dan pada akhirnya aq mengerti kunci kebahagiaan. Kebahagiaan bukan dilihat dari harta atau kekuasaan. Banyak contohnya orang2 kaya atau berkuasa yang tidak bahagia. Tapi kunci kebahagiaan adalah ketika kita mampu bersyukur dan menikmati segala hal yang terjadi dalam hidup ini, tanpa melupakan tugas dan kewajiban yang sudah dipercayakan kepada qt...

KARENA KEBAHAGIAAN ITU, ADALAH SEBUAH PILIHAN...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar